Senin, 28 November 2011

Beberapa Senjata Samurai



Samurai mengunakan beberapa macam jenis senjata, tetapi katana adalah senjata yang paling sering digunakan dan identik dengan keberadaan mereka, Katana adalah sebutan untuk bilah pedang panjang. Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh/ jiwa dari samurai dan digambarkan bahwa seorang samurai sangat tergantung pada katana dalam setiap pertempuran. Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi kehormatan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan seorang samurai.

Katana biasanya dipasangkan dengan wakizashi, keduanya hanya boleh dipakai oleh golongan samurai. Kedua senjata tersebut dipakai bersama-sama disebut daisho (secara harfiah memiliki arti: pedang panjang dan pendek), dan mewakili kekuatan sosial dan kehormatan pribadi samurai. Pedang panjang dipakai untuk pertempuran terbuka, sementara yang lebih pendek dipakai sebagai senjata sampingan (side arm), lebih cocok untuk menikam, pertempuran jarak dekat, dan juga digunakan untuk seppuku/harakiri (ritual bunuh diri).



Pedang Jepang terkenal diseluruh dunia karena kualitasnya. Bilahnya merupakan lapisan baja yang sangat kuat dan keras. Katana adalah pedang terbaik yang pernah ada. Pembuatan bilah pedang katana merupakan proses yang sangat panjang dan sulit, dimana satu batang logam baja yang tebal dan panas dilipat berulang-ulang. Bilah pedang yang setengah jadi lalu diserahkan kepada tukang asah dan tukang poles, sebelum dikembalikan lagi kepada si pembuat pedang untuk dilakukan proses finishing dan diberi rincian-rincian akhir beserta tanda tangan pembuatnya. Pembuatan pedang katana hingga ‘siap pakai’ bisa mencapai waktu hingga berbulan-bulan. Dari dulu pedang katana tua / antik sangat dikagumi dan dihormati, harganyapun bisa mencapai jutaan dollar. Bahkan pada sebuah museum di Jepang ada pedang yang telah berusia lebih dari 800 tahun namun hingga kini masih tampak baru dan seakan-akan baru selesai di poles.

Apabila seorang anak dari golongan samurai telah mencapai usia tiga belas tahun, ada upacara yang dikenali sebagai Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi (pedang pendek) dan diberi nama dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia diberi hak untuk mengenal katana walaupun biasanya katana tersebut diikat dengan simpul tali untuk menghindari katana terhunus secara tidak sengaja. Pasangan katana dan wakizashi dikenal sebagai Daisho, yang artinya “besar dan kecil”, atau secara harfiah berarti pedang penjang dan pedang pendek.





 Daisho adalah istilah untuk sepasang pedang, yaitu; sebilah pedang panjang (Katana), dan sebilah pedang pendek (Wakizashi),yang merupakan jiwa dan identitas sebagai seorang samurai. Katana dan Wakizashi merupakan senjata yang ideal pada zaman samurai. Kesempurnaan pedang jepang sebagai senjata yang elegan, tangguh dan eksklusif dimanifestasikan oleh kecantikan kilauan baja yang menakutkan pada kilauan bilah mata pedang yang dihaluskan/ diasah dengan cermat, konon pedang tersebut diyakini sanggup untuk memotong besi atau bahkan baja. Pedang jepang dapat bertahan hingga ribuan tahun, sebagai perlambang harta warisan generasi bangsawan militer yang sangat sakral, mewah dan membanggakan. Pedang semacam ini tidak dibuat atau ditemukan pada tentara atau pada negara lain di dunia.


Samurai membawa Daisho (Katana dan Wakizashi) terselip pada sebelah kiri kain sabuk/ ikat pinggangnya (obi), dengan bilah mata pedang tajam menghadap ke atas. Wakizashi/ Pedang pendek dibawa sepanjang waktu, sedangkan Katana/ Pedang panjang hanya dibawa ketika sedang bepergian. Samurai menyimpan Wakizashi di pinggiran tempat tidur pada saat sedang tidur, sedangkan Katana biasanya diletakan pada rak-khususnya.


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Kamis, 24 November 2011

Samurai



Samurai adalah istilah untuk golongan bangsawan / perwira militer kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Samurai mengalami masa kejayaannya pada zaman pertempuran, atau periode perang antar negri (dalam bahasa Jepang disebut Sengoku Jidai). Kata "samurai" berasal dari kata kerja "samorau" asal bahasa Jepang kuno, berubah menjadi "saburau" yang berarti "melayani", dan akhirnya menjadi "samurai" yang berarti bekerja / mengabdi kepada “majikan” (tuan / junjungannya).

Istilah yang lebih tepat adalah bushi (secara harafiah: "orang bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo. Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan bangsawan. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau tidak bekerja bekerja untuk majikan/ (daimyo) disebut ronin (secara harafiah: "orang ombak"). Golongan samurai hanya dapat dimasuki melalui kelahiran atau pengangkatan sebagai anak berdasarkan hokum. Meskipun samurai berstatus social tinggi, namun secara internal golongan samurai terbagi lagi dalam berbagai jenjang. Jenjang teratas ditempati oleh para daimyo beserta keluarga mereka, yang menikmati semua hak istimewa yang menyertai kedudukan itu. Sedangkan jenjang terendah ditempati oleh kaum ashigaru. Kaum ashigaru (secara harfiah: “kaki ringan”) adalah para serdadu pejalan kaki, laskar garda depan, pasukan bertombak, pembawa panji / bendera yang bertuliskan simbol klan. Mereka adalah prajurit rekrutan dari rakyat biasa yang biasanya golongan petani (samurai dadakan / samurai tanpa nama).

 Samurai dianggap sebagai golongan ksatria/ militer yang terpelajar dan memiliki derajat yang tinggi di masyarakat, namun semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur samurai kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi daimyo, dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan digantikan dengan tentara nasional yang menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana tercermin dalam aspek cara hidup mereka yang ulet, gigih, tekun, penuh semangat dan pantang menyerah.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Pertunjukkan Akhir



Seorang pemain sirkus memasuki hutan untuk mencari anak ular yang akan dilatih bermain sirkus. Beberapa hari kemudian, ia menemukan beberapa anak ular dan mulai melatihnya. Mula-mula anak ular itu dibelitkan pada kakinya.
Setelah ular itu menjadi besar dilatih untuk melakukan permainan yang lebih berbahaya, di antaranya membelit tubuh pelatihnya. Sesudah berhasil melatih ular itu dengan baik, pemain sirkus itu mulai mengadakan pertunjukkan untuk umum. Hari demi hari jumlah penontonnya semakin banyak. Uang yang diterimanya semakin besar. Suatu hari, permainan segera dimulai. Atraksi demi atraksi silih berganti. Semua penonton tidak putus-putusnya bertepuk tangan menyambut setiap pertunjukkan. Akhirnya, tibalah acara yang mendebarkan, yaitu permainan ular. Pemain sirkus memerintahkan ular itu untuk membelit tubuhnya. Seperti biasa, ular itu melakukan apa yang diperintahkan. Ia mulai melilitkan tubuhnya sedikit demi sedikit pada tubuh tuannya. Makin lama makin keras lilitannya. Pemain sirkus kesakitan. Oleh karena itu ia lalu memerintahkan agar ular itu melepaskan lilitannya, tetapi ia tidak taat. Sebaliknya ia semakin liar dan lilitannya semakin kuat. Para penonton menjadi panik, ketika jeritan yang sangat memilukan terdengar dari pemain sirkus itu, dan akhirnya ia terkulai mati.
Renungan : “Kadang-kadang dosa terlihat tidak membahayakan. Kita merasa tidak terganggu dan dapat mengendalikannya. Bahkan kita merasa bahwa kita sudah terlatih untuk mengatasinya. Tetapi pada kenyataanya, apabila dosa itu telah mulai melilit hidup kita, sukar dapat melepaskan diri lagi daripadanya.”

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Rabu, 23 November 2011

Cara Alam Menghibur Kita



Pernahkah kita mengalami ketika hujan deras mengguyur, kita lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari. Sebalkah anda?

Atau mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah. Sebalkah anda?
Mengapa keadaan seringkali tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “ketidakmujuran”?
Sadari saja, itu adalah cara alam menghibur kita. Itulah cara alam mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata. Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan diri sendiri. Kita lupa bahwa jika toh keinginan kita tidak tercapai, tak ada salahnya kita menyambutnya dengan senyum, dan berpikiran bahwa ada hal baik tersembunyi di balik itu semua. 

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Kasih Sayang Seorang Ibu



Saat kau berumur 15 tahun, dia menunggumu pulang sekolah karna ingin memelukmu.
Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu.


Saat kau berumur 16 tahun, dia membeli motor untuk keperluan mendadakmu.
Sebagai balasannya, kau pakai motornya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman.

Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA.
Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.

Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.




Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?”
Sebagai balasannya, kau jawab, “Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”

Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan, “Aku tidak ingin seperti Ibu.”

Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke liburan Bali.

Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu.
Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu.

Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan kekasihmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, kau mengeluh, “Bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?”

Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai pernikahanmu.
Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!”

Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab, “Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”

Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu.
Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya.

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam.

JIKA BELIAU MASIH ADA, JANGAN LUPA MEMBERIKAN KASIH SAYANGMU LEBIH DARI YANG PERNAH KAU BERIKAN SELAMA INI DAN JIKA BELIAU SUDAH TIADA, INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU.

Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO